Woow Kereen
Gaung liburan sudah berbunyi, semua transportasi darat, laut, udara sudah kembali ramai bahkan harga tiket melejit. Baik dalam kota, luar kota ataupun lintas propinsi.
Adu pendapat dan argumentasipun ikut mewarnai dibeberapa media sosial menyoal pada guru sebagai Abdi Negara harus tetap masuk. Apapun keputusan dan kebijakan pemerintah saya siap patuhi dan laksanakan karena saya yakin semua kebijakan ada dasarnya.
Bukan berarti tidak taat aturan, bila dalam kesempatan liburan ini saya melakukan perjalanan panjang dari Palangka Raya ke Yogyakarta karena anak no dua masuk Perguruan Tinggi dan harus mencari tempat tinggal yang kondusif karena untuk menjaga hafalan AlQur'annya perlu lingkungan dan komunitas yang mendukung sehingga bisa terjaga.
Berbeda dengan anak nomor lima yang sudah move on di pondok sahabat Qur'an Ibnu Mas'ud kehadiran saya sebagai uminya
merupakan salah satu terapi psikologis sepeninggal abinya. Ada rasa trauma yang mendalam dan tidak mau terpisah dengan uminya alhamdulillah dengan kesabaran para ustdz dan musyrif di Ibnu Mas'ud dzikra mulai betah tinggal di pondok dan jauh dari umi. Berhubung Ramadhan dan lebaran tidak pulang dimana merupakan bulan tarbiyah keluarga maka sebagai pengganti libur satu pekan ini harus digantikan dengan membersamai dan mendampingi terutama untuk menjaga hafalannya, ini disampaikan langsung oleh ustdz izzudin selaku penanggung jawab dalam pondok.
Perjalanan dzikra mau ke pondok lagi merupakan perjuangan yang penuh air mata. Untuk itu saya sangat bersyukur bila dalam kesempatan ini saya bisa membersamai dan memberikan terapi yang memang dzikra harapkan sederhana ingin ditengok dan libur bersama umi,sehingga semakin semangat dan bisa betah tinggal di pondok.
Kegiatan kami mulai dari tilawah kemudian murojaah. Membuat game yang menyenangkan seputar Alqur'an dan sambung ayat bisa kami lakukan sambil lipat baju. Suatu hari dzikra minta murojaahnya sambil mancing karena memancing itu kesukaannya. Apapun aktifitasnya kami kemas dengan bahagia dan bersyukur agar dzikra tidak merasa menjadi anak yatim yang harus dikasihani tapi status anak yatim menjadi semangat dan daya juang agar dzikra bisa menjadi Ahlul Qur'an dan bermanfaat untuk umat dan dakwah
Sabar ya Bu smg ada hikmah terbaik utk klrga pian di balik semuanya ini
BalasHapusWaah bisa bermanja2 dg umi nih Abang dzikra
BalasHapus